INFORMASI :

 

Contact Us

Website Resmi Desa Purwoharjo
Desa Purwoharjo Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen
Jawa Tengah.

Address

Jl. puring - petanahan km 01 RT 01 RW 03 desa purwoharjo kecamatan puring kabupaten kebumen 54383

Mail Us

purwoharjo.sawo@gmail.com

Call Us

085326956526 081 391 105 500

Postal Code

54383

 

 

Upacara Pelepasan Jenazah

Upacara Pelepasan Jenazah

purwoharjo.go.id/ hari ini senin  pagi, desa purwoharjo kehilangan salah satu tokoh masyarakat, beliau adalah bpk Sumarto, lahir pada 15 mei 1946 telah meninggalkan kita semua, keluarga anak dan istri serta cucu, semoga Almarhum diterima segala amal ibadah dan diampuni segala dosa dan ditempatkan ditepat terbaik,

Meninggal pada senin 22 agustus 2022 dini hari pukul 02.15 WIB, setelah sakit beberapa hari, sempat koma dirumah sakit dan ahirya dibawa pulang oleh pihak keluarga.

di desa purwoharjo ada adat dan tradisi yang masih biasa dilaksanakan dan dilestarikan berkaitan dengan upacara pelepasan jenazah serta pemakaman, tentu setelah tidak lepas dari pengaruh oleh Agama Islam yang mayoritas atau seratus persenya penduduk desa purwoharjo adalah muslim. dan adat pada pemulasaran jenazah atau uapcara pelepasan jenazah masih dilaksanakan, pada tiap tiap ada kematian di Desa Purwoharjo.

meski sudah banyak yang ditinggalkan dengan alasan banyaknya pemikir pemikir muda yang lebih memilih untuk berpikir praktis, dan yang paling berpengaruh adalah ajakan kembali kepada pemurnian ajaran agama Islam secara totalitas seperti yang sering disebut salafi dan muhamadiyah serta kurangnya regenerasi dari tokoh tokoh adat, sehingga tidak ada yang mengerti persis tentang adat istiadat kejawan ketika melepaskan jenazah. namum demikian ada beberapa yang masih sering kita temui di beberapa acara pelepasan jenazah khususnya di desa Purwoharjo antara lain

1. Brobosan atau Tlusupan

Ritual Brobosan atau tlusupan adalah salah satu wujud tradisi, adapun tata caranya adalah ketika jenazah sudah ada dalam keranda dan siap untuk diberangkatkan ke makam, maka para pemikul keranda jenazah akan meninggikan posisi keranda agar ahli keluarga yang akan melakukan ritual tlusupan bisa dengan mudah  menelusup atau menerobos keranda.

kemudian yang menjadi pertanyaan adalah apa sebenarnya motifasi atau keyakinan yang menjadi latar belakang dari telusupan itu, meurut dari berbagai sumber setidaknya ada dua tujuan yaitu yang pertaa adalah, menghormati orang yang sudah menigngal danyang kedua adalah untuk mendapatkan tuah dari almarhum / almarhumah yang meninggal terutama jia yang meninggal mempunyai umur yang panjang dan terkenal dengan kebajikanya.

dalam melakukan brobosan sealu diawali dari anak yang tertua dalam keluarga tersebut, anak yang lebih muda beserta keluarganya mengikuti di belakang, di mulai searah dengan jarum jam, trobosan dilakukan memutar sebanyak tiga kali.

2. Sawur

yang satu ini masih dipertahankan, yaitu tradisi sawur.  Tradisi sawur sendiri merupakan tradisi penyebaran berbagai benda yang meliputi beras kuning, bunga dan mata uang logam. Benda tersebut di taburkan sepanjang jalan yang akan dilalui iring-iringan jenazah dengan berjalan kaki. Jika di masa lalu uang yang disebar berupa koin 100 rupiah, namun untuk saat ini mungkin koin 1000 atau 500 rupiah.

Petugas penyebar sawur ini akan berjalan didepan keranda jenazah, dan pada bagian paling belakang adalah keluarga maupun kerabat yang turut mengantarkan jenazah. Setelah itu warga masyarakat yang ikut ke kuburan mengikutinya.

3. Menyapu Jalan

Tradisi ini sudah ditinggalkan yang biasanya sebelum keranda dibawa berjalan oleh para pengusung keranda mayat. Biasanya akan ada seorang perempuan dari keluarga yang meninggal yang membawa sapu lidi.. Perempuan tersebut mendahului pemberangkatan jenazah dengan menyapu halaman atau jalan sebanyak 7 langkah dari awal pemberangkatan jenazah.

dengan harapan konon hal tersebut dilakukan sebagai simbol harapan agar si almarhum mendapatkan jalan yang bersih dan terang atau jalan yang benar dalam perjalanannya menuju alam akhirat. Meskipun tradisi ini melambangkan kebaikan dan optimisme, namun tradisi ini mulai ditinggalkan oleh masyarakat dea purwoharjo karena dirasa tidak masuk akal.

4. Memayungi Keranda

Seringkali keranda yang di gotong oleh sekelompok orang  akan dipayungi oleh seseorang dengan payung khas yang memiliki tangkai panjang. Belum tahu apa yang mendasari bahwa keranda dalam perjalanannya harus dipayungi. Terkadang payung yang di bawa ditinggal di kuburan untuk memayungi batu nisan.

5. Memasang rangkaian bunga pada keranda

selama prosesi pemulasaran jenazah, sebagian pentakziah atau pihak keluarga akan merangkai daun daun dan bunga untuk nantinya digunakan pada keranda, daun dan bunga yang dirangkai berbentuk terurai panjang, karena di urai dengan menggunakan tali atau benng, dipasang melengkung diatas keranda jenazah. setelah dikonfirmasi tidak ada yang tahu persis alasan dan motifasi dibalik pemakaian rangkaian bunga tersebut, namun pada kenyataanya hal ini masih sering kita saksikan pada tiap tiap keranda yang mengantarkan jenazah ke pemakaman.red/

demikian yang dapat kami kabarkan, do'a kami sebagai Pemerintah Desa Purwoharjo ikut berduka cita sedalam dalamnya atas wafatnya bapak Sumarto, semoga almarhum diterima di sisi Alloh SWT, diterima segala amal kebaikan dan diampuni segala dosa, serta keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran. 

 

 

Bagikan :

Tambahkan Komentar Ke Twitter

Kebumen Terkini

Bupati Resmikan Pantai Heppii, Wisata Rakyat, Nyaman, Murah Meriah
Bupati Minta Promosi Geopark Kebumen di Gencarkan
Pemkab Kebumen Raih Penghargaan literasi Nasional dari Nyalanesia
Konsen Beri Perlindungan Terhadap PMI, Pemkab Kebumen Dapat Penghargaan dari Kemenlu
Bupati Kebumen Siap Tindaklanjuti Rekomendasi dari DPRD Atas LKPJ 2023

Arsip Berita

Data Desa

Statistik Pengunjung

Polling 1

Polling 2